You Are Here: Home - Depok Trade Center , Keamanan dan Kriminalitas - Pengembang Depok Maharaja "Kampungan"

Bapak2 dan Ibu2 semua, ijinkan saya ikutan komentar tapi bukan cuma tentang preman ya.. Maaf sebelumnya saya bukan tukang komplain. Komplain saya sering dibarengi dengan solusi kok.. Dan yang lebih penting, kebenaran harus disuarakan!

Kalau setiap kali bangun rumah atau renovasi mesti ada premanisme dalam jasa bongkar/muat.. wah itu tidak boleh terjadi. Di perumahan besar lain memang ada juga praktek begitu. Dan mumpung ini belum berurat berakar, mesti digulung secepatnya!

Mengenai Ojek sebenarnya saya ada hal-hal yang setuju tapi ada juga ada yang tidak. Ojek memang menjadi bagian tidak terpisahkan. Oleh sebab itu mesti ada diskusi dan kesepakatan dengan pihak developer.. Oleh sebab itu mesti diatur semuanya: tidak boleh ada tukang ojek liar
(kalau perlu ada registrasi dan seragam), pangkalannya mesti layak, dan termasuk tarifnya juga tidak boleh sewenang-wenang menentukan tarif sendiri. Jangan salah, banyak juga warga yang mengeluhkan pelayanan dan tarif tukang ojek DM! Para pengojek juga harus mau diatur tempatnya kalu perlu pindah ya pindah / bergeser, demi kebaikan semua.

Tapi developer DM memang kampungan (maaf), menjual perumahan sebenarnya bukan menjual bangunan atau lahan, tetapi yang harus dijual sebebanarnya adalah konsep/tata ruang hunian, fasilitas dan citra.

Itu pangkalan ojek menunjukkan citra developer juga: memang bawahnya sudah diplester tapi lihat atapnya.. kandang kambing kurban saja jauh lebih baik! Menurut saya sih harusnya pangkalan ojek itu menjadi bagian tidak terpisahkan dari fasilitas DM. Mall DTC, parkir area,
pangkalan taxi, pos keamanan, dan pangkalan ojek, semuanya perlu dan sama penting. Jadi pangkalan ojek harus dibuat enak dilihat, rapih dan bersih..

Sama halnya dengan Mall, mungkin secara manajemen beda dengan perumahan DM tapi menurut saya Mall DTC juga mencerminkan cara pengelolaan mall yang salah.. Design mallnya saja sudah salah dan dimanage secara tidak professional pula. 1) Tidak ada ruangan atrium.

Mall yang benar harus ada atrium untuk memfasilitasi event-event sepanjang tahun. Harusnya kalau mallnya pengin selalu hidup harus ada tema event yang selalu menarik dan fresh setiap bulan atau setiap musim misalnya: Ramadhan fair, Lebaran, Natal, Tahun Baru, School
Holiday, Back To School, Education Fair, Baby Fair, Art and Craft Fair, Toys Fair, dan banyak ide event lainnya. Itu semua bisa dimungkinkan kalau ada space yang bersifat "publik" milik mall yang digunakan untuk aktivitas tematik. Bukan seperti sekarang seisi ruangan lantai dasar seperti kaki lima! Boro-boro orang-orang bisa nyaman masuk DTC..

Lambat laun kalau tidak ada anchor-tenant seperti Superindo ini mall pasti sudah lama mati.. Saya curiga DTC malah gak ngerti konsep ini. 2), Pengaturan parkir juga aneh, tidak ada drop off orang dan loading barang belanjaan. Kalau bawa belanjaan pakai trolley harus bersusah payah karena akses jalannya terlalu curam, dan pernah saya lihat trolley yang penuh belanjaan terbalik..dan lebih parah lagi kalau ke parkiran kita harus angkat trolley karena secara teknis roda trolley akan tersangkut rel pintu pagar dan tidak bisa melewati rel tersebut.. Disain pintu pagar yang aneh! Dua-duanya baik Superindo dan maupun DTC tidak memikirkan keselamatan dan kenyamanan konsumen.. Mohon maaf saya agak keras, ini Mall memang kampungan. 3) Tidak ada sirkulasi udara yang baik.

Saya bukan ahli bangunan atau arsitek, tapi mall yang benar adalah yang memberikan fungsi pelayanan kepada publik dimana orang-orang bisa merasa aman dan nyaman ketika berada
didalamnya. Terkait dengan sirkulasi udara, mall harus merupakan bangunan yang bisa bernafas. DTC lebih sering pengap, dan karena zoning nya juga acak-acakan: toko baju, musik, restoran, bazaar semuanya jadi satu, ruang yang tadinya bukan untuk restoran karena ada
yang menyewa akhirnya boleh untuk restoran.. sehingga pembuangan asapnya juga jadi bingung.. Mau bukti? Coba anda berada di dalam Superindo selama setengah jam, terus keluar maka rambut dan baju anda akan bau asap/sangit karena uap gorengan minyak.. Tidak tahu dari mana apakah dari dapurnya Superindo atau restoran sebelahnya yang asapnya masuk ke ke sana.. Memang tidak terlalu berbahaya karena bukan asap knalpot, tapi ini jelas tidak sehat.

Mengenai sampah.. wah ini nyanyian lama warga DM. Saya pernah ajak di milist ini kita sekalian berangkat kantor bawa sampah masing-masing dari rumah dan kita buang saja di pintu kantor pemasaran. Itu bisa efektif kalau developer masih budeg.. Kadang manajemen kampungan harus
dilawan dengan cara kampungan pula.. barangkali Forum Warga DM mau mengkoordinir langkah ini? hehehe.. Diambil dari milis depokmaharaja@googlegroups.com
© 2010 Simplex Newsportal · Subscribe:PostsComments · Designed by Daily News ·With the help of Accommodation in Kiev,China Wedding Dresses ,Email Marketing Software ,Free iphone 4